Sebuah Ekosistem Kelompok Tani Lebih Kuat dalam Bisnis Sapi Qurban
Bisnis sapi qurban pada umumnya lebih sering dilakukan sendiri daripada dikelola oleh satu kelompok besar. Kelompok besar yang dimaksud misalnya kelompok tani atau sebuah organisasi kecil yang mengelola jual beli sapi.
Perbedaannya bisnis sapi qurban yang dilakukan sendiri semua pengelolaan modal dikelola oleh satu orang pemilik, adapun tenaga lain didalamnya mengikuti perjanjian sistim gaji atau bagi hasil.
1. Dikelola Perseorangan
Bisnis jual beli sapi qurban yang dikelola satu orang akan mudah rentan ketika diterjang kerugian misalnya ada pembeli yang membatalkan perjanjian mendekati Hari Idul Adha.
Tentunya pedagang sapi tidak mungkin bisa menjual kembali jika masa jual sudah hampir habis atau mendekati hari H pemotongan qurban.
Dengan kondisi demikian jika dijual setelah idul Adha berakhir maka harga yang didapat hanya kembali modal dari sapi saja bahkan bisa dibawahnya.
Sehingga biaya yang dikeluarkan termasuk perawatan dan pakan akan menjadi kerugian yang berlipat.
Padahal modal yang dikelola sendiri jumlahnya terbatas, maka dari itu tingkat kerugian dan keuntungan dari bisnis sapi qurban ini bisa dibilang 50:50.
2. Dikelola Satu Kelompok
Berbeda dengan bisnis sapi qurban yang dikelola oleh satu kelompok, jumlah sapi yang mampu dirawat dan dijual jauh lebih banyak.
Jikapun ada perjanjian jual yang batal misalnya 5 ekor dari 50 ekor sapi tentunya kerugian yang didapatkan tidak begitu besar. Disisi lain jumlah sapi yang bisa terjual juga lebih banyak daripada jumlah sapi yang dibatalkan.
Bisnis sapi qurban yang dikelola kelompok hampir mengadopsi sistem peternakan sapi hanya saja khusus jenis sapi yang bisa digunakan untuk qurban.
Semua proses mulai dari pembelian bibit, pendewasaan, penggemukan ataupun jika ada sapi yang melahirkan semuanya bisa dikelola dengan cukup baik.
Ketika ada sapi yang batal terjual pengelola tidak perlu bingung untuk pengembalian modal, karena bisa dirawat dan dijual pada tahun berikutnya dengan harga yang lebih mahal.
Kerugian dalam bisnis sudah pasti ada dan menjadi resiko, tetapi jika dikelola oleh satu kelompok, penanggungan kerugian yang dialami tidak sebesar dikelola sendiri karena modal dapat diputar dan diarahkan ke keperluan yang lebih penting.
Kesimpulannya
Meskipun bisnis sapi qurban yang dekola sendiri akan mendapatkan banyak keuntungan JIKA semua sapi dapat terjual habis, Bisnis sapi qurban yang dikelola kelompok akan lebih dapat bertahan dalam soal modal ketika pasar tidak stabil dan banyak penjualan yang batal.
Sifat pengelolaan bisnis sapi qurban yang ditangani oleh kelompok tidak hanya dalam beberapa bulan saja, melainkan sepangjang waktu serta juga dapat seketika beralih ke jual beli sapi dewasa.
Perbedaannya bisnis sapi qurban yang dilakukan sendiri semua pengelolaan modal dikelola oleh satu orang pemilik, adapun tenaga lain didalamnya mengikuti perjanjian sistim gaji atau bagi hasil.
Menghadapi Kerugian Bisnis Sapi Qurban
Sedangkan untuk kelompok tani misalnya, modal yang ada biasanya berasal dari patungan semua orang yang tergabung didalamnya dan diketuai oleh beberapa orang yang terukur "mampu" dalam pengalaman serta strata ilmu.
1. Dikelola Perseorangan
Bisnis jual beli sapi qurban yang dikelola satu orang akan mudah rentan ketika diterjang kerugian misalnya ada pembeli yang membatalkan perjanjian mendekati Hari Idul Adha.
Tentunya pedagang sapi tidak mungkin bisa menjual kembali jika masa jual sudah hampir habis atau mendekati hari H pemotongan qurban.
Dengan kondisi demikian jika dijual setelah idul Adha berakhir maka harga yang didapat hanya kembali modal dari sapi saja bahkan bisa dibawahnya.
Sehingga biaya yang dikeluarkan termasuk perawatan dan pakan akan menjadi kerugian yang berlipat.
Padahal modal yang dikelola sendiri jumlahnya terbatas, maka dari itu tingkat kerugian dan keuntungan dari bisnis sapi qurban ini bisa dibilang 50:50.
2. Dikelola Satu Kelompok
Berbeda dengan bisnis sapi qurban yang dikelola oleh satu kelompok, jumlah sapi yang mampu dirawat dan dijual jauh lebih banyak.
Jikapun ada perjanjian jual yang batal misalnya 5 ekor dari 50 ekor sapi tentunya kerugian yang didapatkan tidak begitu besar. Disisi lain jumlah sapi yang bisa terjual juga lebih banyak daripada jumlah sapi yang dibatalkan.
Bisnis sapi qurban yang dikelola kelompok hampir mengadopsi sistem peternakan sapi hanya saja khusus jenis sapi yang bisa digunakan untuk qurban.
Semua proses mulai dari pembelian bibit, pendewasaan, penggemukan ataupun jika ada sapi yang melahirkan semuanya bisa dikelola dengan cukup baik.
Ketika ada sapi yang batal terjual pengelola tidak perlu bingung untuk pengembalian modal, karena bisa dirawat dan dijual pada tahun berikutnya dengan harga yang lebih mahal.
Kerugian dalam bisnis sudah pasti ada dan menjadi resiko, tetapi jika dikelola oleh satu kelompok, penanggungan kerugian yang dialami tidak sebesar dikelola sendiri karena modal dapat diputar dan diarahkan ke keperluan yang lebih penting.
Kesimpulannya
Meskipun bisnis sapi qurban yang dekola sendiri akan mendapatkan banyak keuntungan JIKA semua sapi dapat terjual habis, Bisnis sapi qurban yang dikelola kelompok akan lebih dapat bertahan dalam soal modal ketika pasar tidak stabil dan banyak penjualan yang batal.
Sifat pengelolaan bisnis sapi qurban yang ditangani oleh kelompok tidak hanya dalam beberapa bulan saja, melainkan sepangjang waktu serta juga dapat seketika beralih ke jual beli sapi dewasa.
Kekurangannya tidak semua anggota bisa mengupayakan maksimal soal keuntungan, jadi harus transparan dan bisa menerima pembagian hasil sesuai perjanjian pada rentang waktu masa jual sapi qurban.